Filsuf

Karl Marx

  • Bahasa Indonesia
  • English

Biografi Karl Marx

Feelosofi – Karl Marx, lahir pada 5 Mei 1818 di Trier, Prusia, adalah seorang filsuf, ekonom, dan teoris politik berpengaruh asal Jerman. Ia menempuh pendidikan di Universitas Bonn dan Berlin, mendalami hukum, sejarah, dan filsafat. Marx mengembangkan teori ekonomi yang kritis terhadap kapitalisme dan bersama Friedrich Engels, menyusun “Manifesto Partai Komunis” pada tahun 1848, yang merumuskan visi sosialisme komunis. Karyanya yang paling terkenal, “Das Kapital,” menjadi dasar bagi banyak gerakan sosialis dan komunis di seluruh dunia. Marx diasingkan dari berbagai negara Eropa karena pandangannya yang radikal dan akhirnya menetap di London, di mana ia meninggal pada 14 Maret 1883. Meskipun visinya tidak terwujud sepenuhnya selama hidupnya, pemikiran Marx terus memengaruhi politik, ekonomi, dan filsafat hingga saat ini.

Pemikiran Karl Marx

Materialisme Dialektis

Materialisme Dialektis adalah kerangka kerja filosofis yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, yang memainkan peran sentral dalam pemahaman mereka tentang sejarah, masyarakat, dan perubahan sosial. Konsep ini menggabungkan dua elemen kunci: “materialisme” yang mengutamakan peran faktor materi dalam pembentukan masyarakat, dan “dialektika” yang menggambarkan perubahan sebagai hasil dari konflik dan pertentangan. Dalam konteks Materialisme Dialektis, perubahan sosial dilihat sebagai hasil dari konflik antara kelas sosial yang berbeda.

Materialisme Dialektis memandang masyarakat sebagai produk dari faktor-faktor materi, seperti produksi ekonomi, kepemilikan sumber daya, dan distribusi kekayaan. Faktor-faktor ini memengaruhi struktur sosial dan budaya dalam masyarakat. Namun, dialektika dalam kerangka kerja ini menggarisbawahi bahwa perubahan sosial tidak terjadi secara linier atau harmonis, tetapi sebagai hasil dari konflik dan pertentangan antara kelas sosial. Sebagai contoh, dalam masyarakat kapitalis, pertentangan antara buruh (proletariat) dan pemilik modal (kapitalis) menciptakan ketegangan yang memengaruhi perubahan dalam struktur sosial.

Dalam esensi, Materialisme Dialektis memberikan dasar bagi pemahaman Marx tentang evolusi sejarah manusia dan munculnya berbagai bentuk masyarakat, termasuk kapitalisme dan komunisme. Konsep ini menyoroti peran konflik, perubahan, dan evolusi dalam perkembangan sosial dan mendorong pandangan kritis terhadap struktur sosial dan ekonomi yang ada. Dengan demikian, Materialisme Dialektis tetap menjadi elemen penting dalam teori sosial dan pemikiran Marxisme.

Materialisme Historis

Materialisme Historis adalah landasan teoritis yang dikembangkan oleh Karl Marx untuk memahami perkembangan sejarah manusia dan perkembangan masyarakat. Konsep ini berakar pada keyakinan bahwa faktor ekonomi, seperti produksi dan distribusi sumber daya, memainkan peran sentral dalam membentuk struktur sosial dan sejarah manusia. Marx berpendapat bahwa perubahan sejarah tidak terjadi secara acak atau terpisah dari faktor-faktor ekonomi, tetapi bahwa perkembangan ekonomi adalah motor utama perubahan sosial.

Materialisme Historis memandang sejarah sebagai berbagai tahapan perkembangan ekonomi, dari masyarakat primitif hingga feudalisme, kapitalisme, dan akhirnya komunisme. Marx berargumen bahwa masing-masing tahap ini memiliki karakteristik ekonomi dan sosial yang unik, serta kontradiksi yang mendorong perubahan. Konsep ini menyoroti hubungan antara produksi ekonomi, kepemilikan sumber daya, dan struktur kelas dalam masyarakat.

Penting untuk dicatat bahwa Materialisme Historis tidak hanya memandang ekonomi sebagai satu-satunya faktor yang memengaruhi sejarah, tetapi sebagai faktor yang paling penting dalam masyarakat kapitalis. Pandangan ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana masyarakat berubah seiring waktu, mempertimbangkan konflik dan perubahan sebagai bagian integral dari perkembangan sejarah manusia. Dalam konteks ini, Materialisme Historis menjadi kerangka kerja yang kuat untuk menganalisis perkembangan sosial dan sejarah manusia secara kritis.

Alienasi (Alienation)

Alienasi (Alienation) adalah konsep sentral dalam pemikiran Karl Marx yang menggambarkan perasaan ketidakmampuan dan pemisahan individu dari diri mereka sendiri, pekerjaan, dan masyarakat dalam konteks masyarakat kapitalis. Marx mengamati bahwa dalam sistem kapitalis, pekerja cenderung merasa terasing karena mereka tidak memiliki kendali atas hasil kerja mereka, yang menjadi milik pemilik modal. Mereka merasa terpisah dari produk kerja mereka, yang seringkali merupakan barang atau jasa yang mereka tidak miliki.

Selain itu, alienasi mencakup perasaan terasing dari diri sendiri, di mana pekerja merasa kehilangan identitas manusiawi mereka dalam lingkungan kerja yang tidak memandang mereka sebagai individu, tetapi sebagai faktor produksi. Mereka harus mengikuti perintah pemilik modal dan hanya dianggap sebagai angka statistik dalam perhitungan biaya produksi.

Marx juga menyoroti aspek-aspek lain dari alienasi, termasuk alienasi dari sesama pekerja, karena kompetisi untuk pekerjaan dan sumber daya membuat solidaritas sosial terancam. Keseluruhan konsep alienasi menyoroti dampak dehumanisasi yang dihasilkan oleh kapitalisme, di mana individu-individu merasa terasing dari esensi kemanusiaan mereka, dan ini menciptakan ketidakpuasan dan pertentangan dalam masyarakat.

Kelas Sosial

Kelas sosial adalah konsep fundamental dalam pemikiran Karl Marx yang digunakan untuk memahami struktur sosial dalam masyarakat kapitalis. Dalam pandangan Marx, masyarakat terbagi menjadi dua kelas utama: proletariat (kelas pekerja atau buruh) dan bourgeoisie (kelas pemilik modal atau kapitalis). Kelas-kelas ini didasarkan pada peran ekonomi mereka dalam produksi dan kepemilikan sumber daya.

Proletariat adalah kelas pekerja yang menjalani upah dan tidak memiliki kontrol atas alat produksi. Mereka tergantung pada pekerjaan yang disediakan oleh pemilik modal dan sering kali menghadapi kondisi kerja yang sulit. Kelas ini dianggap sebagai kelas yang dieksploitasi dalam masyarakat kapitalis.

Sementara itu, bourgeoisie adalah kelas pemilik modal yang memiliki alat produksi, perusahaan, dan sumber daya ekonomi. Mereka memperoleh keuntungan dengan mempekerjakan proletarian dan memiliki kontrol atas proses produksi. Kelas ini dianggap sebagai kelas yang mendominasi dan memegang kekuasaan ekonomi.

Marx berpendapat bahwa konflik antara kelas-kelas ini merupakan motor utama perubahan sosial dalam sejarah. Pertentangan ekonomi dan perbedaan kepentingan antara proletariat dan bourgeoisie menciptakan ketegangan dan menggerakkan perubahan dalam struktur sosial dan ekonomi. Dalam pemikiran Marx, tujuan akhirnya adalah mengatasi ketidaksetaraan kelas dan menggantikan kapitalisme dengan masyarakat tanpa kelas, yaitu komunisme.

Kelas sosial adalah salah satu konsep paling penting dalam pemikiran Marx yang masih relevan dalam analisis sosial modern, dan digunakan untuk memahami ketidaksetaraan dan konflik sosial dalam masyarakat.

Nilai Tenaga Kerja

Nilai Tenaga Kerja adalah konsep sentral dalam teori ekonomi yang dikembangkan oleh Karl Marx. Dalam kerangka kerja teori nilai kerja Marx, nilai suatu barang atau jasa seharusnya ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksinya. Marx menganggap bahwa tenaga kerja adalah faktor produksi yang paling mendasar dan esensial dalam proses produksi.

Pandangan ini bertentangan dengan teori nilai lainnya yang ada pada masanya, seperti teori nilai “barang” atau teori nilai “biaya produksi.” Marx berpendapat bahwa nilai-nilai tersebut seharusnya tidak melekat pada sifat fisik barang atau biaya produksinya, tetapi pada waktu kerja yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. Ini berarti bahwa nilai suatu barang akan ditentukan oleh jumlah jam kerja yang digunakan dalam produksinya.

Marx membedakan antara dua jenis nilai kerja: “nilai kerja” atau “nilai tukar” (exchange value), yang merupakan nilai yang terukur dalam pertukaran pasar, dan “nilai guna” (use value), yang mengacu pada kegunaan atau manfaat barang tersebut. Pandangan Marx tentang nilai tenaga kerja memainkan peran penting dalam teorinya tentang eksploitasi dalam masyarakat kapitalis, di mana pemilik modal mendapatkan keuntungan dari tenaga kerja buruh dengan membayar upah yang kurang dari nilai yang dihasilkan oleh pekerja.

Konsep nilai tenaga kerja ini memberikan landasan teoritis bagi analisis Marx tentang ekonomi kapitalis dan bagaimana hubungan ekonomi di dalamnya dapat menghasilkan ketidaksetaraan dan konflik sosial.

Eksploitasi

Eksploitasi adalah konsep kunci dalam pemikiran sosial dan ekonomi Karl Marx, yang menggambarkan situasi di mana sebuah kelompok individu atau kelas sosial memperoleh keuntungan atau nilai ekonomi dari pekerjaan atau usaha orang lain tanpa memberikan imbalan yang setara atau adil dalam bentuk upah atau kompensasi. Dalam konteks ekonomi kapitalis, eksploitasi terjadi ketika pemilik modal (kapitalis) memanfaatkan tenaga kerja buruh (proletariat) untuk memaksimalkan keuntungan mereka. Ini terjadi karena buruh diberi upah yang kurang dari nilai yang dihasilkan oleh kerja mereka. Keuntungan yang dihasilkan dari perbedaan ini, yang dikenal sebagai “surplus value” menjadi sumber utama kekayaan bagi pemilik modal.

Eksploitasi menciptakan ketidaksetaraan ekonomi dalam masyarakat, di mana pemilik modal mendapatkan keuntungan yang besar sementara buruh menerima upah yang terbatas. Ini juga dapat menghasilkan ketidakpuasan dan ketegangan sosial, karena buruh seringkali merasa diperlakukan secara tidak adil dan merasa terasing dari hasil kerja mereka sendiri. Dalam pemikiran Marx, eksploitasi adalah fitur sentral dalam kapitalisme dan merupakan dasar bagi konflik kelas sosial. Ia berpendapat bahwa hanya dengan mengakhiri eksploitasi dan menggantikan sistem kapitalisme dengan komunisme, masyarakat dapat mencapai keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata. Dalam analisis sosial modern, konsep eksploitasi tetap menjadi landasan penting dalam memahami ketidaksetaraan ekonomi dan konflik kelas.

Nilai Surplus (Surplus Value)

Nilai Surplus (Surplus Value) adalah konsep ekonomi yang dikembangkan oleh Karl Marx, yang merujuk pada perbedaan antara nilai kerja yang dihasilkan oleh pekerja dan upah yang mereka terima dari pemilik modal dalam sistem kapitalis. Dalam kerangka konsep ini, nilai surplus adalah nilai tambahan yang muncul ketika pekerja menghasilkan barang atau jasa di atas nilai yang mereka terima sebagai upah.

Marx menjelaskan bahwa dalam proses produksi, pekerja memberikan lebih banyak nilai ekonomi melalui tenaga kerja mereka daripada nilai upah yang mereka terima. Nilai surplus ini menjadi sumber utama keuntungan bagi pemilik modal atau kapitalis. Dengan kata lain, pemilik modal memperoleh nilai tambahan ini sebagai keuntungan yang berasal dari kerja keras dan usaha pekerja.

Konsep nilai surplus penting dalam analisis Marx tentang eksploitasi dalam masyarakat kapitalis. Dia berpendapat bahwa pemilik modal memanfaatkan tenaga kerja pekerja untuk memaksimalkan keuntungan mereka dengan membayar upah yang lebih rendah daripada nilai yang dihasilkan oleh pekerja. Nilai surplus ini adalah landasan bagi akumulasi kekayaan oleh pemilik modal, sementara pekerja merasa teralienasi dan diperlakukan secara tidak adil.

Revolusi Proletar dan Diktatoriat Proletar

Revolusi Proletar dan Diktatoriat Proletar adalah dua konsep yang berhubungan dalam pemikiran Karl Marx mengenai perubahan sosial dalam masyarakat kapitalis. Revolusi Proletar merujuk pada peristiwa perubahan radikal yang dipimpin oleh kelas buruh atau proletariat, yang bertujuan untuk menggulingkan kapitalisme dan menggantikannya dengan masyarakat tanpa kelas yang dikenal sebagai komunisme. Marx meyakini bahwa ketidaksetaraan dan eksploitasi dalam sistem kapitalis akan mendorong proletariat untuk bergerak bersama-sama dalam perjuangan revolusioner guna merebut kekuasaan dan menghapus kepemilikan swasta atas alat produksi.

Namun, Marx juga mengantisipasi fase transisi menuju komunisme yang disebut “Diktatoriat Proletar.” Dalam fase ini, kelas buruh akan mendirikan pemerintahan sementara yang memiliki kekuasaan politik untuk melindungi kepentingan mereka, menghapus sisa-sisa kapitalisme, dan merombak struktur sosial. Tujuan utama diktatoriat proletar adalah mempersiapkan jalan menuju masyarakat tanpa kelas dan memastikan bahwa kekuasaan tidak berpindah kembali ke tangan kapitalis. Pemerintahan sementara ini diharapkan menjadi “diktatoriat” dalam arti bahwa itu memiliki kontrol kuat atas negara dan proses sosial dalam upaya untuk mengarahkan masyarakat menuju komunisme.

Kedua konsep ini adalah inti dari teori perubahan sosial Marx dan menjadi dasar bagi pemahaman tentang bagaimana perubahan sosial fundamental dapat terjadi dalam masyarakat. Meskipun konsep ini menginspirasi berbagai gerakan revolusioner sepanjang sejarah, implementasinya telah bervariasi di berbagai konteks sejarah dan politik.

Komunisme

Komunisme adalah sistem sosial dan ekonomi yang didasarkan pada prinsip kepemilikan bersama atas sumber daya ekonomi dan produksi, di mana tidak ada kepemilikan swasta. Konsep ini muncul dalam pemikiran Karl Marx sebagai visi akhir perkembangan masyarakat manusia, yang akan menggantikan sistem kapitalisme. Dalam masyarakat komunis, sumber daya dan alat produksi dimiliki bersama oleh seluruh masyarakat, dan hasil produksi didistribusikan secara adil berdasarkan kebutuhan individu.

Ide dasar di balik komunisme adalah mengatasi ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang muncul dalam sistem kapitalis. Dalam komunisme, tidak ada kelas sosial yang memiliki kontrol atas alat produksi, sehingga tidak ada eksploitasi tenaga kerja. Sebagai gantinya, semua anggota masyarakat diharapkan berkontribusi sesuai dengan kemampuan mereka dan menerima manfaat sesuai dengan kebutuhan mereka.

Penting untuk diingat bahwa konsep komunisme yang didefinisikan oleh Marx adalah visi ideal yang belum sepenuhnya diwujudkan dalam praktiknya. Sejumlah negara pada abad ke-20 mengklaim menganut prinsip komunisme, tetapi implementasinya sering kali terpengaruh oleh faktor-faktor politik dan sejarah yang kompleks. Meskipun konsep ini telah menginspirasi perubahan sosial dan politik di seluruh dunia, ada perdebatan dan variasi dalam bagaimana masyarakat sebenarnya mencapai visi komunis dalam praktiknya.

Struktur Sosial

Struktur Sosial adalah konsep fundamental dalam sosiologi yang merujuk pada pola hubungan, peran, dan hierarki yang ada dalam masyarakat. Struktur sosial mencakup berbagai unsur, termasuk kelas sosial, status sosial, kelompok sosial, dan lembaga sosial. Konsep ini membantu kita memahami cara masyarakat terorganisasi dan bagaimana individu berinteraksi dalam kerangka kehidupan sosial.

Dalam struktur sosial, kelas sosial mengacu pada pembagian masyarakat menjadi kelompok berdasarkan faktor-faktor seperti ekonomi, kepemilikan, dan akses terhadap sumber daya. Status sosial mengindikasikan posisi individu dalam masyarakat dan dapat melibatkan faktor-faktor seperti pekerjaan, pendidikan, atau jenis kelamin. Kelompok sosial merupakan entitas yang terdiri dari individu yang memiliki tujuan atau kepentingan bersama, seperti keluarga, teman, atau organisasi. Sementara itu, lembaga sosial adalah struktur yang ada dalam masyarakat yang mengatur norma, nilai, dan fungsi tertentu, seperti lembaga pendidikan, keluarga, atau agama.

Pemahaman struktur sosial membantu sosiolog dan peneliti sosial dalam menganalisis bagaimana masyarakat terorganisasi, bagaimana ketidaksetaraan dipelihara, dan bagaimana perubahan sosial dapat terjadi. Ini juga membantu kita memahami peran individu dalam masyarakat, serta bagaimana norma sosial dan nilai-nilai memengaruhi perilaku dan interaksi sosial.

Teori Nilai Tambah (Mehrwert)

Teori Nilai Tambah (Mehrwert) adalah konsep sentral dalam teori ekonomi yang dikembangkan oleh Karl Marx. Konsep ini menjelaskan bagaimana pemilik modal (kapitalis) dalam sistem kapitalis memperoleh keuntungan dari tenaga kerja buruh (proletariat) dengan cara yang menghasilkan nilai tambahan yang dikenal sebagai “nilai tambah.” Menurut teori ini, nilai tambah muncul ketika pekerja memberikan lebih banyak nilai ekonomi melalui kerja mereka daripada nilai upah yang mereka terima.

Dalam proses produksi, pekerja menciptakan nilai ekonomi yang melekat pada produk yang mereka hasilkan. Namun, nilai ini tidak sepenuhnya dimiliki oleh pekerja; sebagian besar diserap oleh pemilik modal sebagai keuntungan. Jumlah nilai yang dihasilkan oleh pekerja yang melebihi nilai upah mereka disebut nilai tambah. Ini adalah sumber utama keuntungan dalam sistem kapitalis.

Teori Nilai Tambah memperjelas dasar eksploitasi dalam sistem kapitalis, di mana pemilik modal memanfaatkan tenaga kerja pekerja untuk mengakumulasi keuntungan dengan membayar upah yang kurang dari nilai yang dihasilkan oleh pekerja. Konsep ini juga membantu menjelaskan ketidaksetaraan ekonomi dan perbedaan antara pemilik modal dan buruh dalam masyarakat kapitalis.

Teori Keharusan Sejarah (Historical Necessity)

Teori Keharusan Sejarah (Historical Necessity) adalah salah satu konsep fundamental dalam pemikiran Karl Marx mengenai perubahan sosial dan perkembangan masyarakat. Konsep ini merujuk pada pandangan bahwa sejarah manusia mengikuti pola atau keharusan tertentu yang diperintahkan oleh faktor-faktor ekonomi dan sosial. Marx berpendapat bahwa perkembangan sosial dan sejarah manusia tidak acak, tetapi terstruktur oleh kontradiksi internal dalam masyarakat.

Dalam pemikiran Marx, teori keharusan sejarah mengungkapkan bahwa konflik kelas sosial dan pertentangan antara berbagai kepentingan dalam masyarakat merupakan motor utama perubahan sejarah. Perubahan itu sendiri adalah suatu keharusan, dan terjadi sebagai respons terhadap kontradiksi dalam struktur sosial dan ekonomi. Dengan demikian, teori ini menekankan bahwa sejarah dan perubahan sosial tidak hanya terjadi secara kebetulan, tetapi ada kecenderungan tertentu yang mengarahkan arah perkembangan sosial manusia.

Teori keharusan sejarah juga menyoroti pentingnya peran individu dalam mengubah arus sejarah melalui tindakan kolektif dan gerakan sosial. Dalam pandangan Marx, para pemimpin revolusioner dan aktivis memiliki peran penting dalam mengartikulasikan kesadaran kelas, menggerakkan perubahan, dan mempercepat peralihan menuju masyarakat tanpa kelas atau komunisme.

Dalam analisis sosial dan politik, Teori Keharusan Sejarah membantu kita memahami perubahan sosial sebagai sesuatu yang tidak terlepas dari struktur sosial dan ekonomi, serta menyoroti peran konflik dan perjuangan dalam mengarahkan arah sejarah manusia.

Karya Karl Marx

  • Zur Kritik der Hegelschen Rechtsphilosophie” (Kritik Terhadap Filsafat Hukum Hegel) – 1844
  • Ökonomisch-philosophische Manuskripte aus dem Jahre 1844” (Manuskrip Ekonomi-Filosofi Tahun 1844) – 1844
  • Die heilige Familie” (Keluarga Suci) – 1845
  • Thesen über Feuerbach” (Tesis tentang Feuerbach) – 1845
  • Misère de la philosophie” (Miseri Filsafat) – 1847
  • Manifest der Kommunistischen Partei” (Manifest Partai Komunis) – 1848 (bersama Friedrich Engels)
  • Lohnarbeit und Kapital” (Tenaga Kerja Upah dan Kapital) – 1849
  • Der Achtzehnte Brumaire des Louis Bonaparte” (Kudeta Louis Bonaparte) – 1852
  • Grundrisse der Kritik der Politischen Ökonomie” (Garis Besar Kritik Ekonomi Politik) – 1857-1858
  • Zur Kritik der politischen Ökonomie” (Kritik Ekonomi Politik) – 1859
  • Das Kapital. Kritik der politischen Ökonomie” (Kapital. Kritik Ekonomi Politik) – Volume 1: 1867, Volume 2: 1885, Volume 3: 1894 (publikasi setelah kematiannya)

Kesimpulan

Karl Marx adalah seorang pemikir berpengaruh yang menggagas pandangan kritis tentang kapitalisme, ketidaksetaraan sosial, dan perubahan sosial melalui konsep Marxisme. Warisan pemikirannya tetap relevan dalam debat sosial dan politik hingga saat ini, sementara juga memiliki beragam interpretasi dan kritik.

FAQs

Siapakah Karl Marx?

Karl Marx adalah seorang filsuf, ekonom, dan teoritikus politik asal Jerman yang hidup pada abad ke-19. Ia dikenal sebagai pencetus teori Marxisme dan dikenang karena pandangan-pandangannya tentang ekonomi, kelas sosial, dan revolusi.

Bagaimana pandangan Marx tentang kapitalisme?

Marx mengkritik kapitalisme sebagai sistem ekonomi yang didasarkan pada eksploitasi buruh oleh pemilik modal. Ia berpendapat bahwa kapitalisme menyebabkan ketidaksetaraan sosial, karena nilai yang dihasilkan oleh buruh lebih besar daripada yang mereka terima sebagai upah.

Apa peran kelas buruh (proletariat) dalam teori Marx?

Dalam pandangan Marx, proletariat adalah kelas pekerja yang memiliki potensi revolusioner. Mereka dilihat sebagai penggerak utama perubahan sosial yang akan menggulingkan borjuis atau pemilik modal, dan menggantikan kapitalisme dengan sistem sosialis atau komunis.

Apakah semua revolusi yang terjadi mengikuti pemikiran Marx?

Tidak, meskipun Marxisme telah memengaruhi banyak gerakan revolusioner, tidak semua revolusi yang terjadi di seluruh dunia dapat diatributkan langsung kepada pemikiran Marx. Banyak faktor yang memengaruhi perkembangan revolusi dan perubahan sosial di berbagai negara, sehingga muncul berbagai bentuk interpretasi dan penerapan teori Marxisme yang berbeda.

Referensi

  • Karl Marx’s Theory of History: A Defense” oleh G.A. Cohen (2000)
  • Karl Marx: A Life” oleh Francis Wheen (1999)
  • Marx: A Very Short Introduction” oleh Peter Singer (2000)
  • Marx’s Das Kapital: A Biography” oleh Francis Wheen (2007)
  • Marx’s Concept of Man” oleh Erich Fromm (1961)
  • The Cambridge Companion to Marx” oleh Terrell Carver dan James Farr (1991)
  • Karl Marx: A Nineteenth-Century Life” oleh Jonathan Sperber (2013)
  • Marx’s Theory of History” oleh William H. Shaw (1978)
  • Marx and Justice” oleh Allen Buchanan (1982)
  • Marx: A Complete Introduction” oleh Rupert Woodfin dan Oscar Zarate (2013)

Rekomendasi Video



Raymond Kelvin Nando, "Karl Marx," Feelosofi, 25 Oktober 2023, https://feelosofi.com/karl-marx/
Raymond Kelvin Nando
Writer, Researcher, & Philosophy Enthusiast