Ideologi & Isme

Materialisme

  • Bahasa Indonesia
  • English

Pengertian Materialisme

Feelosofi – Materialisme adalah pandangan filosofis yang menekankan pentingnya materi atau dunia fisik dalam menjelaskan realitas dan fenomena. Dalam pandangan materialis, segala sesuatu, termasuk pikiran, emosi, dan nilai-nilai, dapat dijelaskan sebagai produk dari materi. Konsep ini menolak gagasan adanya entitas non-fisik, seperti roh atau jiwa, yang memengaruhi atau mengendalikan dunia fisik.

Materialisme juga sering dikaitkan dengan pandangan bahwa akar semua fenomena manusia, termasuk tindakan dan perilaku, dapat dijelaskan berdasarkan faktor-faktor materi, seperti lingkungan sosial, struktur ekonomi, dan budaya. Ini berarti bahwa faktor-faktor sosial dan ekonomi memiliki pengaruh yang kuat terhadap individu dan masyarakat.

Sejarah materialisme dapat ditelusuri kembali ke pemikiran-pemikiran para filosof klasik seperti Demokritus dan Epikurus di Yunani kuno, yang mengembangkan teori atomisme sebagai landasan materialisme. Meskipun materialisme memiliki berbagai varian dan pendekatan, itu terus menjadi topik penting dalam filosofi modern dan sering menjadi landasan bagi penelitian ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu seperti fisika, kimia, dan sosiologi.

Sejarah Materialisme

Sejarah materialisme adalah bagian integral dari perkembangan pemikiran filosofis dan ilmiah manusia sepanjang berabad-abad. Konsep materialisme memiliki akar yang dalam dalam sejarah pemikiran filosofis dan ilmiah, dan berubah-ubah seiring waktu. Berikut adalah ikhtisar singkat tentang sejarah materialisme:

  • Yunani Kuno: Materialisme pertama kali muncul dalam pemikiran kuno Yunani, terutama dengan filosof Demokritus (sekitar 460-370 SM) yang dikenal sebagai bapak atomisme. Demokritus mengusulkan bahwa segala sesuatu terdiri dari partikel-partikel kecil yang disebut “atom” yang bergerak dalam ruang hampa. Pandangan ini memberikan fondasi untuk pemahaman awal tentang materialisme.
  • Romawi dan Abad Pertengahan: Setelah masa kejayaan Yunani, pandangan materialis meredup dalam budaya Romawi dan Abad Pertengahan Eropa. Selama periode ini, pemikiran agama dan metafisika mendominasi pemikiran manusia, dan materialisme kurang mendapat perhatian.
  • Zaman Pencerahan: Pemikiran materialisme kembali muncul selama Zaman Pencerahan di abad ke-17 dan ke-18. Tokoh-tokoh seperti Julien Offray de La Mettrie dan Baron d’Holbach menyatakan pandangan materialis yang berfokus pada manusia sebagai entitas materi yang dapat dijelaskan secara ilmiah.
  • Abad ke-19 dan ke-20: Materialisme terus berkembang dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teori-teori ilmiah, seperti teori evolusi Charles Darwin dan teori relativitas Albert Einstein, memberikan dasar materialisme dalam bidang biologi dan fisika.
  • Materialisme Marxis: Karl Marx, bersama dengan Friedrich Engels, mengembangkan pandangan materialisme dialektika, yang menggabungkan elemen-elemen materialisme dengan pandangan historis dan sosial. Marxisme mendalamkan pemahaman mengenai peran faktor ekonomi dalam perkembangan masyarakat.
  • Materialisme Kontemporer: Materialisme terus berkembang dan berubah dalam konteks ilmu pengetahuan modern. Ilmuwan dan filosof seperti Richard Dawkins dan Daniel Dennett mengusung materialisme dalam kaitannya dengan pemahaman tentang evolusi dan perilaku manusia.

Sejarah materialisme mencerminkan perkembangan pemikiran manusia seiring waktu dan bagaimana pandangan tersebut telah memengaruhi pemahaman kita tentang dunia fisik dan fenomena yang ada di dalamnya. Materialisme terus menjadi landasan penting dalam ilmu pengetahuan dan filosofi modern.

Tokoh-Tokoh Materialisme


Materialisme telah memengaruhi banyak tokoh dalam sejarah filosofi, ilmu pengetahuan, dan pemikiran sosial. Berikut ini adalah beberapa tokoh terkenal dalam sejarah materialisme:

  • Demokritus (sekitar 460-370 SM): Demokritus adalah salah satu tokoh awal materialisme dalam sejarah. Dia dikenal sebagai bapak atomisme, yaitu pandangan bahwa segala sesuatu terdiri dari partikel-partikel dasar yang disebut “atom.
  • Julien Offray de La Mettrie (1709-1751): La Mettrie adalah seorang filsuf Prancis yang dikenal karena karyanya “L’Homme Machine” (Manusia Sebagai Mesin), yang mengusulkan bahwa manusia adalah makhluk materi yang diatur oleh hukum-hukum fisika.
  • Karl Marx (1818-1883): Marx adalah seorang filsuf dan ekonom Jerman yang menciptakan teori materialisme dialektika. Teorinya menekankan peran faktor ekonomi dalam perubahan sosial dan sejarah manusia.
  • Friedrich Engels (1820-1895): Engels adalah teman dekat Marx dan berkontribusi secara signifikan terhadap pengembangan materialisme dialektika. Bersama Marx, ia menulis “Manifesto Komunis.
  • Ludwig Feuerbach (1804-1872): Feuerbach adalah filsuf Jerman yang mempengaruhi pemikiran Marx. Ia mengusulkan bahwa konsep tentang Tuhan adalah proyeksi manusia terhadap kualitas ideal yang ada dalam diri manusia.
  • Baron d’Holbach (1723-1789): D’Holbach adalah seorang filsuf Prancis yang dikenal sebagai salah satu pemikir materialis pada Zaman Pencerahan. Karyanya, “Système de la Nature” (Sistem Alam), menegaskan pandangan materialis tentang alam semesta.
  • Richard Dawkins (lahir 1941): Richard Dawkins adalah seorang biologis dan penulis Inggris yang dikenal karena bukunya “The Selfish Gene” (Gen Egois) yang mengusung pandangan materialis dalam pemahaman evolusi dan perilaku manusia.
  • Daniel Dennett (lahir 1942): Daniel Dennett adalah seorang filsuf Amerika yang mempromosikan pandangan materialisme dalam pemahaman tentang pikiran dan kesadaran manusia. Ia dikenal dengan bukunya “Consciousness Explained” (Kesadaran Dijelaskan).
  • Carl Sagan (1934-1996): Sagan adalah seorang astronom dan ilmuwan populer Amerika yang mempopulerkan pandangan materialis dalam pemahaman tentang alam semesta dan eksplorasi luar angkasa.

Tokoh-tokoh ini mewakili berbagai aspek materialisme dalam sejarah, dari pandangan filosofis hingga pemahaman ilmiah, dan telah memberikan kontribusi penting terhadap perkembangan pemikiran manusia dalam berbagai bidang.

Aliran-Aliran dalam Materialisme

Materialisme, sebagai aliran filosofis, memiliki berbagai varian dan aliran yang mengembangkan pemahaman yang berbeda mengenai hubungan antara materi dan realitas. Berikut adalah beberapa aliran dalam materialisme:

  • Materialisme Dialektika: Aliran ini dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Mereka menggabungkan materialisme dengan dialektika Hegel, sehingga menghasilkan teori materialisme dialektika. Aliran ini menekankan peran faktor ekonomi dalam pembentukan masyarakat dan sejarah manusia, dan juga mengkritik kapitalisme.
  • Materialisme Mekanistik: Ini adalah aliran materialisme yang berfokus pada konsep mekanik dan fisika. Tokoh seperti Demokritus dan Julien Offray de La Mettrie memegang pandangan ini, menganggap bahwa segala sesuatu dalam alam semesta dapat dijelaskan dengan hukum fisika dan kimia.
  • Materialisme Reduksionis: Aliran ini cenderung untuk mereduksi segala sesuatu, termasuk fenomena mental dan psikologis, menjadi entitas materi. Reduksionis sering mendekati masalah kesadaran, menganggapnya sebagai hasil dari aktivitas otak semata.
  • Materialisme Ilmiah: Materialisme ilmiah adalah aliran yang menekankan metode ilmiah sebagai cara utama untuk memahami dunia. Para materialis ilmiah berupaya menggabungkan metode ilmiah dalam memahami dan menjelaskan berbagai fenomena alam dan sosial.
  • Materialisme Sosial: Aliran ini menekankan pentingnya faktor-faktor sosial, ekonomi, dan politik dalam membentuk masyarakat dan individu. Ini sering ditemukan dalam teori sosial seperti teori Marxisme yang menganggap bahwa kondisi sosial dan ekonomi memainkan peran penting dalam menentukan perilaku manusia.
  • Materialisme Biotik: Dalam konteks biologi, aliran ini mencoba menjelaskan segala fenomena kehidupan sebagai produk materi dan proses biokimia. Pandangan ini memiliki implikasi dalam pemahaman evolusi dan genetika.
  • Materialisme Budaya: Ini adalah aliran yang mencoba mengartikan budaya sebagai hasil dari faktor-faktor materi, termasuk kondisi ekonomi dan lingkungan sosial. Pemikiran ini berkaitan dengan teori-teori tentang budaya dan masyarakat.
  • Materialisme Eksistensial: Beberapa eksistensialis mengusulkan pandangan yang mencoba menggabungkan elemen materialisme dengan fokus pada eksistensi manusia dan pengalaman pribadi.

Setiap aliran materialisme memiliki sudut pandang yang unik dalam menjelaskan peran materi dalam pembentukan realitas dan fenomena. Meskipun memiliki kesamaan dalam penekanan pada materi sebagai unsur penting, aliran-aliran ini seringkali mengarah pada pemahaman yang berbeda tentang bagaimana materi berinteraksi dengan dunia dan manusia.

Materialisme vs Idealisme

Materialisme dan idealisme adalah dua pandangan filosofis yang bertentangan mengenai sifat dasar realitas dan cara manusia memahaminya. Berikut perbandingan antara kedua pandangan ini:

  1. Realitas Dasar:
    • Materialisme: Materialisme berpendapat bahwa realitas dasar adalah materi atau dunia fisik. Menurut pandangan ini, segala sesuatu, termasuk pikiran, emosi, dan nilai-nilai, dapat dijelaskan sebagai produk dari materi.
    • Idealisme: Idealisme berpendapat bahwa realitas dasar adalah ide atau pikiran. Menurut pandangan ini, dunia fisik hanyalah hasil dari pemikiran atau ide yang ada dalam pikiran manusia atau dalam kesadaran ilahi.
  2. Sumber Pengetahuan:
    • Materialisme: Materialisme cenderung mengandalkan metode ilmiah dan observasi empiris sebagai sumber pengetahuan. Pengetahuan diperoleh melalui pengamatan dan pengujian dunia fisik.
    • Idealisme: Idealisme lebih cenderung mengandalkan pemikiran, rasionalitas, dan pengalaman pribadi sebagai sumber pengetahuan. Pengetahuan dapat ditemukan melalui refleksi dan introspeksi.
  3. Pemahaman Tentang Pikiran:
    • Materialisme: Materialisme cenderung menjelaskan pikiran dan kesadaran sebagai produk dari aktivitas otak dan sistem saraf. Ini mengarah pada pandangan bahwa proses mental dapat dijelaskan secara ilmiah.
    • Idealisme: Idealisme melihat pikiran sebagai realitas yang lebih mendasar, dan dunia fisik dianggap sebagai representasi atau manifestasi dari pikiran. Pikiran dan kesadaran memiliki posisi sentral dalam pandangan ini.
  4. Realitas Abstrak:
    • Materialisme: Materialisme cenderung menekankan pada realitas konkrit dan fisik, sedangkan realitas abstrak seperti nilai-nilai etika dan moral dijelaskan sebagai produk budaya dan lingkungan sosial.
    • Idealisme: Idealisme cenderung menekankan pada realitas abstrak, termasuk nilai-nilai, etika, dan konsep-konsep seperti kebenaran dan kebaikan. Realitas abstrak dipandang sebagai lebih mendasar daripada materi.
  5. Konsep tentang Tuhan atau Entitas Transcendental:
    • Materialisme: Materialisme cenderung menolak eksistensi Tuhan atau entitas transcendent yang berada di luar materi. Pemikiran materialis lebih sekuler.
    • Idealisme: Idealisme bisa mencakup keyakinan dalam eksistensi Tuhan atau entitas transcendent yang merupakan sumber dari segala ide dan realitas.

Materialisme dan idealisme adalah dua pandangan filosofis yang telah mendominasi pemikiran manusia selama berabad-abad dan masih menjadi subjek perdebatan filosofis hingga saat ini. Kedua pandangan ini memiliki implikasi yang mendalam dalam banyak aspek kehidupan manusia, termasuk ilmu pengetahuan, etika, dan pandangan tentang eksistensi manusia.

Prinsip-Prinsip Dasar Materialisme

Prinsip-prinsip dasar materialisme mencakup sejumlah pandangan filosofis yang berkaitan dengan peran materi dalam pemahaman realitas dan fenomena. Berikut adalah beberapa prinsip dasar materialisme:

  • Materi sebagai Realitas Dasar: Prinsip utama materialisme adalah keyakinan bahwa materi adalah realitas dasar yang ada secara independen. Segala sesuatu, termasuk dunia fisik dan fenomena alam, dapat dijelaskan sebagai produk dari materi.
  • Penjelasan Ilmiah: Materialisme menekankan pentingnya penjelasan ilmiah dan metode empiris dalam memahami dunia. Prinsip ini memandang metode ilmiah sebagai cara utama untuk memperoleh pengetahuan yang akurat tentang realitas.
  • Pikiran sebagai Produk Materi: Materialisme sering menyatakan bahwa pikiran, kesadaran, dan aktivitas mental merupakan hasil dari proses biokimia dalam otak dan sistem saraf. Dengan kata lain, pikiran dan kesadaran adalah produk materi.
  • Determinisme Material: Materialisme sering diasosiasikan dengan pandangan deterministik bahwa semua fenomena, termasuk tindakan dan perilaku manusia, dapat dijelaskan oleh hukum-hukum materi. Ini mengarah pada gagasan bahwa tidak ada kebetulan atau kehendak bebas.
  • Penolakan Entitas Transcendent: Materialisme cenderung menolak eksistensi entitas non-fisik seperti Tuhan, roh, atau jiwa yang berada di luar materi. Prinsip ini mengarah pada pandangan sekuler dalam pemahaman dunia.
  • Reduksi Fenomena Mental: Materialisme sering mereduksi fenomena mental, seperti emosi, moralitas, dan nilai-nilai, menjadi akibat dari faktor materi, seperti lingkungan sosial, perkembangan individu, atau proses evolusi.
  • Pentingnya Sosial dan Ekonomi: Beberapa varian materialisme, terutama dalam konteks materialisme sosial, menekankan peran faktor-faktor sosial dan ekonomi dalam membentuk masyarakat dan perilaku manusia. Ini mencakup pemahaman bahwa struktur ekonomi dan kelas sosial memainkan peran penting dalam sejarah manusia.
  • Realisme Terhadap Sains: Materialisme mendukung pandangan realisme terhadap sains, yaitu keyakinan bahwa sains adalah alat yang paling efektif untuk memahami realitas. Prinsip ini mengakui bahwa sains terus berkembang dan mengubah pandangan kita tentang dunia.

Prinsip-prinsip dasar materialisme memberikan dasar filosofis bagi pemahaman tentang realitas yang berpusat pada materi, metode ilmiah, dan penjelasan yang berasal dari observasi dan analisis. Pandangan ini telah memengaruhi berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan, etika, dan pemikiran sosial, dan terus menjadi topik perdebatan filosofis hingga saat ini.

Materialisme dalam Ilmu Pengetahuan

Materialisme memiliki peran yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan modern, khususnya dalam pemahaman tentang alam semesta dan fenomena yang terjadi di dalamnya. Beberapa cara di mana materialisme memengaruhi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:

  • Dasar bagi Ilmu Pengetahuan Fisika: Materialisme memandang materi sebagai realitas dasar, dan ini sangat relevan dalam fisika. Fisika modern berusaha untuk mengungkap struktur materi, hukum-hukum fisika, dan interaksi antarpartikel dalam alam semesta. Pandangan materialis bahwa segala sesuatu dapat dijelaskan berdasarkan materi dan proses fisika adalah dasar bagi disiplin ini.
  • Pemahaman Tentang Kehidupan: Dalam biologi, materialisme mengarah pada pandangan bahwa semua fenomena kehidupan, termasuk evolusi dan perilaku organisme, dapat dijelaskan sebagai hasil dari proses biokimia dan struktur materi. Teori evolusi, yang merupakan dasar biologi modern, memandang semua bentuk kehidupan sebagai produk materi yang berevolusi seiring waktu.
  • Neurobiologi dan Psikologi: Materialisme memengaruhi pemahaman tentang sistem saraf dan psikologi. Melalui penelitian neurobiologi, kita dapat menjelaskan bagaimana otak dan sistem saraf memainkan peran dalam proses mental dan kesadaran. Prinsip materialisme membantu kita memahami bahwa pikiran dan perasaan manusia adalah hasil dari aktivitas materi dalam otak.
  • Ilmu Sosial dan Ekonomi: Dalam ilmu sosial dan ekonomi, materialisme sosial menganggap faktor-faktor materi, seperti struktur ekonomi dan lingkungan sosial, sebagai penentu utama perilaku manusia dan perkembangan masyarakat. Pemahaman ini menjadi dasar bagi analisis sosial dan ekonomi yang mendalam.
  • Eksplorasi Luar Angkasa: Materialisme juga memengaruhi eksplorasi luar angkasa. Astronomi modern dan penelitian tentang alam semesta didasarkan pada prinsip bahwa semua fenomena alam semesta dapat dijelaskan secara ilmiah dengan mengamati, mengukur, dan memahami materi dan energi.
  • Teknologi dan Inovasi: Prinsip materialisme mendorong inovasi teknologi. Karena percaya bahwa segala sesuatu dapat dijelaskan dan dimanfaatkan secara ilmiah, materialisme memungkinkan perkembangan teknologi yang mengubah dunia.

Dalam semua disiplin ilmu ini, pandangan materialis yang didasarkan pada metode ilmiah membantu menguraikan rahasia alam semesta, memecahkan masalah, dan mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang realitas fisik dan fenomena yang ada. Ini membantu kita mengembangkan pengetahuan yang relevan dan aplikatif untuk memahami dunia di sekitar kita.

Kritik terhadap Materialisme

Materialisme adalah pandangan filosofis yang telah menghadapi berbagai kritik dan pertentangan sepanjang sejarahnya. Beberapa kritik utama terhadap materialisme meliputi:

  • Reduksionisme Berlebihan: Kritik yang sering diarahkan kepada materialisme adalah bahwa pendekatannya dapat cenderung terlalu reduksionis. Reduksionisme berlebihan mereduksi fenomena kompleks, seperti kesadaran atau nilai-nilai, menjadi elemen-elemen materi yang lebih sederhana. Ini dianggap terlalu simplistik dalam menjelaskan realitas manusia yang kompleks.
  • Masalah Kesadaran: Materialisme dihadapkan pada apa yang dikenal sebagai “masalah kesadaran.” Bagaimana materi fisik dapat menghasilkan pengalaman subjektif seperti kesadaran, persepsi, dan kualia masih menjadi misteri yang belum sepenuhnya terpecahkan. Kritikus berpendapat bahwa materialisme tidak memberikan jawaban yang memadai terhadap masalah ini.
  • Implikasi Etis dan Moral: Beberapa orang mengkritik materialisme karena dianggap memiliki implikasi etis dan moral yang kurang memadai. Jika semua fenomena moral dan etika direduksi menjadi produk materi, maka mungkin akan sulit untuk memahami nilai-nilai etis dan moral yang bersifat universal dan objektif.
  • Kurangnya Ruang bagi Subjektivitas: Kritikus materialisme berpendapat bahwa pandangan ini tidak memberikan cukup ruang bagi subjektivitas dan pengalaman pribadi. Kehidupan emosional, estetika, dan pengalaman pribadi sering kali sulit dijelaskan sepenuhnya dalam kerangka materialisme.
  • Tidak Memperhitungkan Dimensi Transcendent: Beberapa individu, terutama yang berpegang pada pandangan keagamaan atau spiritual, mengkritik materialisme karena dianggap mengabaikan dimensi transcendent atau non-fisik dalam eksistensi manusia dan alam semesta.
  • Penolakan terhadap Eksistensi Non-Fisik: Materialisme dengan tegas menolak eksistensi entitas non-fisik seperti Tuhan atau jiwa. Ini bisa menyebabkan ketidaksetujuan dengan pandangan yang lebih spiritual atau agamis, dan kadang-kadang memicu ketegangan dengan keyakinan keagamaan.
  • Determinisme dan Kehendak Bebas: Materialisme cenderung mendukung pandangan deterministik, yang berarti bahwa segala sesuatu, termasuk tindakan manusia, dapat dijelaskan oleh hukum-hukum materi. Kritik terhadap materialisme melibatkan masalah kompleks kehendak bebas dan pertanggungjawaban manusia dalam konteks pandangan ini.

Walaupun materialisme telah menghadapi kritik ini, banyak pendukungnya mempercayai bahwa prinsip-prinsip materialisme memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memahami dunia fisik dan fenomena dalam batas metode ilmiah. Diskusi tentang kritik ini berlanjut dalam dunia filosofi dan ilmu pengetahuan, dan seringkali menghasilkan perkembangan pemikiran yang lebih dalam.

Kesimpulan

Kesimpulan materialisme adalah bahwa pandangan filosofis ini, yang menekankan peran materi atau dunia fisik sebagai realitas dasar, telah memainkan peran penting dalam perkembangan pemikiran manusia sepanjang sejarah. Materialisme telah memberikan dasar bagi ilmu pengetahuan modern, khususnya dalam fisika, biologi, dan ilmu pengetahuan sosial. Prinsip-prinsip materialisme juga telah memberikan kerangka kerja yang kuat untuk menjelaskan fenomena alam semesta, memungkinkan kita untuk memahami proses-proses fisik, biokimia, dan sosial yang membentuk dunia di sekitar kita.

Namun, materialisme juga menghadapi berbagai kritik, termasuk reduksionisme yang berlebihan, masalah kesadaran, dan implikasi etis yang rumit. Terdapat ketegangan antara pandangan materialisme yang berfokus pada materi dan pandangan yang mengakui eksistensi aspek-aspek non-fisik seperti kesadaran dan nilai-nilai etis yang bersifat universal.

Penting untuk diingat bahwa materialisme adalah salah satu dari banyak pandangan filosofis yang ada, dan pemahaman tentang realitas sering kali kompleks dan beragam. Pandangan ini terus menjadi subjek perdebatan filosofis dan tetap menjadi landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran manusia dalam berbagai bidang. Dalam penelitian ilmiah dan refleksi filosofis, diskusi tentang materialisme akan terus berlanjut, memengaruhi cara kita memahami dunia dan tempat kita di dalamnya.

FAQs

Apa itu materialisme?

Materialisme adalah pandangan filosofis yang menekankan peran materi atau dunia fisik sebagai realitas dasar yang ada secara independen. Pandangan ini menganggap bahwa segala sesuatu, termasuk pikiran, emosi, dan fenomena lainnya, dapat dijelaskan sebagai produk dari materi.

Apa perbedaan antara materialisme dan idealisme?

Perbedaan utama antara materialisme dan idealisme adalah pandangan mereka tentang realitas dasar. Materialisme berpendapat bahwa realitas dasar adalah materi, sementara idealisme berpendapat bahwa realitas dasar adalah ide atau pikiran. Materialisme menekankan eksistensi dunia fisik, sedangkan idealisme lebih menekankan pada eksistensi dunia mental atau ide.

Bagaimana materialisme memengaruhi ilmu pengetahuan?

Materialisme memainkan peran penting dalam ilmu pengetahuan modern dengan memberikan dasar bagi penelitian dalam berbagai bidang, seperti fisika, biologi, ilmu sosial, dan psikologi. Ini membantu mengarahkan pendekatan ilmiah terhadap pemahaman fenomena alam semesta dan fenomena manusia.

Apakah materialisme mengabaikan aspek-aspek non-fisik seperti kesadaran dan nilai-nilai etis?

Materialisme sering dikritik karena dianggap mengabaikan aspek-aspek non-fisik seperti kesadaran dan nilai-nilai etis. Namun, ada variasi dalam pandangan materialisme, dan beberapa aliran mencoba memasukkan aspek-aspek non-fisik ke dalam kerangka materi.

Apakah materialisme berlawanan dengan pandangan keagamaan?

Materialisme cenderung bertentangan dengan pandangan keagamaan yang sering kali mencakup unsur-unsur spiritual atau non-fisik. Namun, terdapat individu dan pemikir yang mencoba menggabungkan elemen-elemen materialisme dengan keyakinan agama mereka.

Referensi

  • The System of Nature” – Baron d’Holbach (1770)
  • Materialism and Empirio-Criticism” – V.I. Lenin (1908)
  • The Poverty of Philosophy” – Karl Marx (1847)
  • Materialism: An Outline of a Philosophy” – Gustav Wetter (1986)
  • Matter and Consciousness: A Contemporary Introduction to the Philosophy of Mind” – Paul M. Churchland (1988)
  • For the New Intellectual: The Philosophy of Ayn Rand” – Ayn Rand (1961)
  • Mind and Cosmos: Why the Materialist Neo-Darwinian Conception of Nature is Almost Certainly False” – Thomas Nagel (2012)
  • The Concept of Mind” – Gilbert Ryle (1949)
  • The Ego and the Id” – Sigmund Freud (1923)
  • The Conscious Mind: In Search of a Fundamental Theory” – David J. Chalmers (1996)

Rekomendasi Video



Raymond Kelvin Nando, "Materialisme," Feelosofi, 14 Oktober 2023, https://feelosofi.com/materialisme/
Raymond Kelvin Nando
Writer, Researcher, & Philosophy Enthusiast