Filsuf

St. Anselm Dari Canterbury

  • Bahasa Indonesia
  • English

Biografi St Anselm Dari Canterbury

Feelosofi – St. Anselm dari Canterbury, yang juga dikenal sebagai Anselmus, adalah seorang tokoh penting dalam sejarah filsafat dan teologi abad pertengahan. Ia lahir sekitar tahun 1033 di Aosta, Italia, dan kemudian memasuki biara di Bec, Normandia, di bawah bimbingan Lanfranc, seorang figur teologi terkenal pada masanya. Pada tahun 1093, Anselm diangkat sebagai Uskup Canterbury, posisi tertinggi dalam Gereja Inggris, dan ia memainkan peran sentral dalam reformasi gereja serta hubungan antara gereja dan negara.

Salah satu kontribusi terpentingnya adalah dalam bidang teologi. Ia dikenal dengan argumen ontologis yang ia kembangkan dalam bukunya “Proslogion,” di mana ia mencoba membuktikan eksistensi Allah hanya dengan berpikir tentang-Nya. Meskipun argumen ini telah menjadi subjek perdebatan yang intens dalam sejarah filsafat, ia tetap menjadi salah satu titik awal bagi pemikiran teologi Kristen yang mendalam.

Anselm juga dikenal karena upayanya dalam mempertahankan otonomi gereja terhadap campur tangan penguasa politik. Ia secara berani berjuang untuk kebebasan gereja dan haknya untuk mengangkat uskup sesuai dengan prinsip-prinsip keagamaan, bukan sekadar kebijakan negara. Konfliknya dengan Raja William II dan Raja Henry I dari Inggris menjadi contoh kuat perjuangan gereja melawan kekuasaan politik.

Selain itu, Anselm adalah seorang penulis produktif, dengan banyak karya teologi, surat, dan risalah yang masih relevan hingga saat ini. Karyanya mencakup topik-topik seperti kasih karunia, penyesalan, sifat Allah, dan pentingnya keyakinan dalam iman Kristen.

St. Anselm dari Canterbury merupakan figur yang menginspirasi dalam sejarah gereja dan filsafat. Kontribusinya dalam teologi, pemikiran filsafat, serta perjuangannya untuk otonomi gereja mencerminkan pengabdian dan keberanian yang patut diapresiasi dalam perjalanan intelektual dan rohani manusia pada abad pertengahan.

Pemikiran St Anselm Dari Canterbury

Argumen Ontologis

Argumen Ontologis, yang pertama kali dikemukakan oleh St. Anselm dari Canterbury, adalah sebuah argumen filosofis yang bertujuan untuk membuktikan eksistensi Allah secara deduktif, hanya melalui pemikiran konseptual tanpa perlu bukti empiris. Argumen ini didasarkan pada gagasan bahwa Allah adalah “sesuatu yang paling sempurna yang dapat dipikirkan,” sehingga jika seseorang dapat membayangkan Allah, maka Allah harus eksis dalam realitas, karena sesuatu yang eksis dalam realitas lebih sempurna daripada yang hanya ada dalam pemikiran.

Argumen ini terkenal melalui karya Anselm yang berjudul “Proslogion,” di mana ia menggunakan bahasa dan logika yang sangat terstruktur untuk menyusun argumennya. Meskipun argumen ini telah memicu banyak diskusi dan kontroversi di kalangan filsuf, termasuk kritik dari Immanuel Kant dan Thomas Aquinas, ia tetap menjadi topik utama dalam filsafat agama.

Argumen Ontologis Anselm menggambarkan kompleksitas hubungan antara pemikiran dan eksistensi, dan menjadi contoh klasik dalam eksplorasi gagasan tentang Allah dalam tradisi filosofis dan teologis.

Soteriologi Anslemian

Soteriologi Anslemian mengacu pada pemikiran St. Anselm dari Canterbury tentang penyelamatan atau keselamatan manusia dalam konteks teologi Kristen. Anslem mengembangkan teori substansi keselamatan yang sangat berpengaruh dalam karya-karyanya, terutama dalam buku “Cur Deus Homo” (“Mengapa Allah Menjadi Manusia”). Menurut Anslem, dosa manusia adalah penghinaan terhadap kehormatan Allah dan menghasilkan utang moral yang hanya Allah sendiri yang dapat membayar. Oleh karena itu, melalui inkarnasi Kristus dan kematian-Nya di kayu salib, Anslem percaya bahwa Allah memuaskan keadilan-Nya dan mengembalikan hubungan manusia dengan-Nya. Soteriologi Anslemian menekankan keadilan ilahi dan pentingnya penebusan dosa, serta menciptakan landasan penting dalam pemikiran teologis Kristen mengenai penyelamatan dan karya penebusan Kristus. Meskipun kontroversial, konsep ini menjadi kontribusi signifikan dalam pemahaman teologi Kristen dan pembahasan seputar kasih karunia dan keadilan Allah.

Fides Quaerens Intellectum

“Fides Quaerens Intellectum” adalah konsep yang mendasari pemikiran teologis St. Anselm dari Canterbury. Dalam bahasa Latin, ungkapan ini berarti “iman mencari pengertian.” Anselm mengemukakan gagasan ini sebagai landasan bagi pendekatan intelektual terhadap iman Kristen. Menurutnya, iman dan akal budi adalah komplementer dan saling memperkuat, di mana iman mendorong manusia untuk mencari pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran agama.

Dengan kata lain, Anselm mengajarkan bahwa iman yang kuat harus disertai dengan usaha intelektual yang sungguh-sungguh untuk memahami dan merenungkan ajaran agama. Konsep “Fides Quaerens Intellectum” menyoroti pentingnya pemikiran kritis dan pemahaman dalam pengalaman keagamaan, dan menjadi dasar bagi perkembangan pemikiran teologis dan filsafat Kristen pada masa berikutnya.

Kurangnya Kemampuan Manusia

Kurangnya kemampuan manusia merupakan salah satu konsep sentral dalam pemikiran St. Anselm dari Canterbury. Dalam karya teologisnya, khususnya dalam “Cur Deus Homo” atau “Mengapa Allah Menjadi Manusia,” Anselm membahas ketidakmampuan manusia untuk memenuhi tuntutan keadilan ilahi dan membayar utang dosa mereka kepada Allah.

Menurutnya, dosa manusia adalah tindakan penghinaan terhadap Allah, yang menuntut penebusan yang hanya Allah sendiri yang dapat lakukan. Manusia tidak memiliki kemampuan atau sumber daya untuk membebaskan diri mereka sendiri dari dosa dan mencapai keselamatan. Oleh karena itu, Anselm percaya bahwa Allah, melalui inkarnasi Kristus dan kematian-Nya di kayu salib, adalah satu-satunya yang dapat memuaskan keadilan ilahi dan menyelamatkan manusia.

Konsep “Kurangnya Kemampuan Manusia” oleh Anselm menyoroti pentingnya pemahaman akan penebusan dan kasih karunia Allah dalam ajaran agama Kristen, serta menjadi landasan bagi teori-teori penyelamatan yang berkembang dalam teologi Kristen selanjutnya.

Teologi Filosofis

Teologi filosofis yang dikembangkan oleh St. Anselm dari Canterbury adalah pendekatan intelektual terhadap iman Kristen yang berfokus pada penyelidikan rasional dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama. Dalam karya-karyanya, seperti “Proslogion” dan “Cur Deus Homo” (“Mengapa Allah Menjadi Manusia”), Anselm menggabungkan filsafat dengan teologi untuk menjelaskan konsep-konsep agama, seperti sifat Allah, penyelamatan, dan dosa.

Ia menekankan pentingnya penggunaan akal budi dalam memahami iman, dan konsep “Fides Quaerens Intellectum” (“Iman Mencari Pengertian”) merupakan ungkapan dari pendekatan ini. Dengan demikian, teologi filosofis Anslemian mengakui bahwa akal budi dan iman bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan saling melengkapi. Pendekatan ini telah memberikan kontribusi signifikan dalam sejarah pemikiran teologis Kristen dan menjadi dasar bagi penggalian pemahaman mendalam terhadap keyakinan agama.

Karya St Anselm Dari Canterbury

  • Monologion (1076)
  • Proslogion (1077-1078)
  • De Grammatico (Pertengahan hingga akhir abad ke-11)
  • De Veritate (1090-1091)
  • De Libertate Arbitrii (1080-an atau awal 1090-an)
  • Cur Deus Homo (1094-1098)
  • De Conceptu Virginali et de Originali Peccato (Abad ke-12)

Kesimpulan

St. Anselm dari Canterbury, seorang tokoh intelektual dan teolog abad pertengahan, memainkan peran penting dalam sejarah pemikiran Kristen. Kontribusi utamanya termasuk gagasan-gagasan seperti Argumen Ontologis, Fides Quaerens Intellectum, dan teori penyelamatan yang menggambarkan pemikirannya yang mendalam dan mendalam. Selain itu, ia menekankan hubungan yang harmonis antara iman dan akal budi dalam pemahaman agama, dan pendekatan ini membuka jalan bagi perkembangan teologi filosofis. Karyanya yang produktif mencakup beragam topik teologis dan filsafat, dan berdampak besar dalam pemahaman Kristen tentang kasih karunia, dosa, dan hakikat Allah. St. Anselm dari Canterbury merupakan salah satu figur teologis dan filsafat yang memengaruhi perkembangan pemikiran intelektual dan rohani dalam sejarah gereja dan pemikiran Barat.

FAQs

Siapakah St. Anselm dari Canterbury, dan mengapa ia begitu penting dalam sejarah gereja dan filsafat?

St. Anselm dari Canterbury adalah seorang teolog, filsuf, dan uskup abad pertengahan yang lahir sekitar tahun 1033. Ia penting karena kontribusinya dalam menggabungkan filsafat dengan teologi Kristen. Anselm mengembangkan argumen-argumen teologis yang terkenal, seperti Argumen Ontologis, dan menekankan pentingnya pemikiran rasional dalam pemahaman agama. Sebagai Uskup Canterbury, ia juga memainkan peran sentral dalam reformasi gereja dan perjuangan melawan campur tangan penguasa politik dalam urusan gereja.

Apa yang dimaksud dengan “Argumen Ontologis” yang dikembangkan oleh St. Anselm, dan bagaimana kontribusinya dalam pemikiran teologi dan filsafat Kristen?

Argumen Ontologis adalah argumen filosofis yang dikembangkan oleh St. Anselm untuk membuktikan eksistensi Allah secara deduktif, hanya melalui pemikiran konseptual. Ia mengklaim bahwa jika seseorang dapat membayangkan Allah sebagai sesuatu yang paling sempurna, maka Allah harus eksis dalam realitas, karena eksistensi dalam realitas lebih sempurna daripada hanya dalam pemikiran. Meskipun argumen ini telah menjadi subjek perdebatan, ia tetap menjadi perbincangan utama dalam pemikiran teologi dan filsafat Kristen.

Bagaimana konsep “Fides Quaerens Intellectum” mempengaruhi pemahaman hubungan antara iman dan akal budi dalam teologi Kristen, dan mengapa hal ini relevan dalam konteks intelektual dan rohani saat ini?

Konsep “Fides Quaerens Intellectum” yang diterapkan oleh St. Anselm menekankan pentingnya penggunaan akal budi dalam memahami iman Kristen. Ia berpendapat bahwa iman dan akal budi adalah saling melengkapi, dan pemahaman yang mendalam tentang iman dapat ditemukan melalui pemikiran rasional. Konsep ini masih relevan dalam konteks intelektual dan rohani saat ini karena mengingatkan kita akan pentingnya refleksi dan penalaran dalam keyakinan agama, serta mengajak kita untuk menjaga keseimbangan antara iman dan akal budi dalam pencarian pemahaman rohani yang lebih dalam.

Referensi

  • St. Anselm’s Proslogion: With a Reply on Behalf of the Fool – Thomas Williams (Penerjemah) – 1995
  • Anselm’s Other Argument – Katherin Rogers – 2011
  • Anselm’s Philosophy – Sandra Visser dan Thomas Williams – 2008
  • Anselm’s Discovery: A Re-Examination of the Ontological Proof for God’s Existence – Charles Hartshorne – 1965
  • Anselm and the Logic of Illusion – George Braziller – 1967
  • Anselm’s Proslogion: An Introduction – Ian Logan – 2002
  • Anselm – Richard W. Southern – 1990
  • St. Anselm of Canterbury and His Theological Inheritance – Giles E. M. Gasper – 2004

Rekomendasi Video



Raymond Kelvin Nando, "St. Anselm Dari Canterbury," Feelosofi, 5 November 2023, https://feelosofi.com/st-anselm-dari-canterbury/
Raymond Kelvin Nando
Writer, Researcher, & Philosophy Enthusiast